pada hari Kamis, saya sudah stand by di rental tersebut, berdebar-debar juga rasanya saya menunggu Linda, seperti apa rupanya yaaa.
“Selamat pagi, Om namanya Andi kan?”
“Ya, betul.. Ini Linda ya!” tanya saya kembali padanya.
“Ya, betul.. Ini Linda ya!” tanya saya kembali padanya.
Di hadapan saya sekarang adalah seorang ABG keturunan tionghoa yang cantik. Saya perkirakan umurnya baru 16 tahun, tinggi 160 cm, berat 47 kg dan berkulit putih mulus khas cina dengan rambut lurus sebahu, memakai baju hem ketat warna krem, celana jins hitam tiga perempat yang pas. Duduk di samping saya tampak mengintip CD-nya yang berwarna putih. Kontol saya langsung tegak bagaikan Monas melihat cewek cantik ini.
“Gimana khabarnya?” tanyaku membuka percakapan sambil mempersilakannya duduk.
“Baik Om, senang rasanya liburan ke Lombok”
“Oh ya? Udah kemana aja Linda?”
“Ke pantai Senggigi, terus Suranadi dan tempat gerabah itu”
“Terus Linda sekarang sama siapa?”
“Sama Papa, Mama dan sepupu, Linda tinggal di Senggigi Beach Hotel”
“Wah, asyik dong..”
“So pasti, tapi lebih asyik kalo diantar sama tour guide seperti Om”
“Itu sich gampang Lin, yang penting ada komisinya lho” canda saya.
“Tenang Om, dijamin nggak nyesel dech nganterin Linda”
“Baik Om, senang rasanya liburan ke Lombok”
“Oh ya? Udah kemana aja Linda?”
“Ke pantai Senggigi, terus Suranadi dan tempat gerabah itu”
“Terus Linda sekarang sama siapa?”
“Sama Papa, Mama dan sepupu, Linda tinggal di Senggigi Beach Hotel”
“Wah, asyik dong..”
“So pasti, tapi lebih asyik kalo diantar sama tour guide seperti Om”
“Itu sich gampang Lin, yang penting ada komisinya lho” canda saya.
“Tenang Om, dijamin nggak nyesel dech nganterin Linda”
Linda orangnya supel dengan senyumnya yang manis mirip artis mandarin dan aroma tubuhnya yang sangat wangi. ‘Adik’ saya sudah nggak bisa diam nich.
“Ceritanya Om Andi tuch asli khan?”
“Tentu saja asli lho, dari pengalaman pribadi”
“Enak dong”
“Enak apanya Lin?” pancing saya mulai memepetkan tempat duduk.
“Tentu saja asli lho, dari pengalaman pribadi”
“Enak dong”
“Enak apanya Lin?” pancing saya mulai memepetkan tempat duduk.
Ini baru kesempatan namanya. Asik khan pembaca, bisa berduaan sama abg yang tentu saja masih seger-segernya..
“Gituannya lho..” jawabnya tersipu malu.
“Emangnya Linda pernah gituan sama pacar?”
“Ya.. Hampir pernah”
“Hampir pernah gimana, nggak usah malu dech, ceritain dong”
“Siapa tahu Om bisa bantu” ujarku sambil tangan kiri saya merangkul pundaknya.
“Emangnya Linda pernah gituan sama pacar?”
“Ya.. Hampir pernah”
“Hampir pernah gimana, nggak usah malu dech, ceritain dong”
“Siapa tahu Om bisa bantu” ujarku sambil tangan kiri saya merangkul pundaknya.
Wah, Linda tampaknya nggak marah nich saya pegang pundaknya, berarti ada lampu hijau dong.
“Janji ya Om, nggak bilang siapa-siapa”
“Janji dech” saya menunjukkan tanda victory padanya.
“Gini Om, Tony pacar saya itu kalo udah nafsu cepat keluarnya, padahal Linda belum apa-apa”
“Maksudnya..” tanyaku pura-pura blo’on padahal tahu maksudnya.
“Iya, pas kontolnya Tony nempel di anunya Linda, udah keluar duluan”
“Oh gitu, itu istilah kedokterannya ejakulasi dini”
“Terus ngatasinya gimana dong Om”
“Ya, Linda harus bisa foreplay dulu, maksudnya pemanasan gitu”
“Ya udah Om, tapi Tony maunya terburu-buru en lagian mainnya kasar sich”
“Linda mau Om bantuin?” tanya saya yang sudah tidak lagi melihat isi layar monitor sejak tadi.
“Maksud Om..?”
“Ya.. Gimana caranya foreplay”
“Hus.. Om ini ngaco, Linda khan pacarnya orang”
“Bukannya ngaco, Linda ya tetap pacarnya Tony, Om khan cuma memberikan petunjuk” jawab saya sungguh-sungguh membujuknya agar mau foreplay, habis potongan tubuhnya itu, alamak geboy abis, mungkin rajin fitnes ya atau aerobic.
“Tapi.. Ada orang lho di sini Om, Linda khan malu”
“Nggak ada orang di sini kok, sini Om pangku” rayuku sambil menarik pinggangnya untuk duduk di pangkuan saya menghadap monitor komputer.
“Om.. Jangan..” celetuknya ragu dan canggung.
“Udah.. Atasnya doang kok, gimana?” tanya saya sambil membuka dua kancing atas hemnya hingga kelihatan BH merahnya, tangan kanan saya langsung masuk meremas payudaranya.
“Ja.. Ngan.. Om.. Geli..”
“Gimana rasanya Lin..”
“En.. Ak.. Sst.. Mmh”
“Janji dech” saya menunjukkan tanda victory padanya.
“Gini Om, Tony pacar saya itu kalo udah nafsu cepat keluarnya, padahal Linda belum apa-apa”
“Maksudnya..” tanyaku pura-pura blo’on padahal tahu maksudnya.
“Iya, pas kontolnya Tony nempel di anunya Linda, udah keluar duluan”
“Oh gitu, itu istilah kedokterannya ejakulasi dini”
“Terus ngatasinya gimana dong Om”
“Ya, Linda harus bisa foreplay dulu, maksudnya pemanasan gitu”
“Ya udah Om, tapi Tony maunya terburu-buru en lagian mainnya kasar sich”
“Linda mau Om bantuin?” tanya saya yang sudah tidak lagi melihat isi layar monitor sejak tadi.
“Maksud Om..?”
“Ya.. Gimana caranya foreplay”
“Hus.. Om ini ngaco, Linda khan pacarnya orang”
“Bukannya ngaco, Linda ya tetap pacarnya Tony, Om khan cuma memberikan petunjuk” jawab saya sungguh-sungguh membujuknya agar mau foreplay, habis potongan tubuhnya itu, alamak geboy abis, mungkin rajin fitnes ya atau aerobic.
“Tapi.. Ada orang lho di sini Om, Linda khan malu”
“Nggak ada orang di sini kok, sini Om pangku” rayuku sambil menarik pinggangnya untuk duduk di pangkuan saya menghadap monitor komputer.
“Om.. Jangan..” celetuknya ragu dan canggung.
“Udah.. Atasnya doang kok, gimana?” tanya saya sambil membuka dua kancing atas hemnya hingga kelihatan BH merahnya, tangan kanan saya langsung masuk meremas payudaranya.
“Ja.. Ngan.. Om.. Geli..”
“Gimana rasanya Lin..”
“En.. Ak.. Sst.. Mmh”
Linda kelihatannya sudah agak terangsang dengan permainan tangan saya, ditambah lagi ciuman saya yang mendarat secara tiba-tiba pada lehernya. Tangan kiri saya juga mulai aktif meremas payudaranya yang sebelah. Ciuman pada lehernya saya ubah jadi menjilat, jadi kedua tangan meremas dan kadang-kadang memelintir kedua putingnya itu yang makin lama makin mengeras.
“Mmh.. Mmh..” gumam Linda. Beberapa menit kemudian..
“Udah.. Om.. Sst.. Udah..” tahan Linda sambil melepaskan saya dan merapikan bajunya.
“Ada apa Lin, contoh foreplay belum abis lho” goda saya tersenyum.
“Mmh.. Iya sich Om, cuman nggak leluasa di sini”
“Maunya Linda dimana?”
“Tempat yang sepi orangnya gitu”
“Udah.. Om.. Sst.. Udah..” tahan Linda sambil melepaskan saya dan merapikan bajunya.
“Ada apa Lin, contoh foreplay belum abis lho” goda saya tersenyum.
“Mmh.. Iya sich Om, cuman nggak leluasa di sini”
“Maunya Linda dimana?”
“Tempat yang sepi orangnya gitu”
Saya lihat tempat rental internet itu sudah mulai ramai kedatangan pengunjung, mungkin Linda agak terganggu juga konsentrasinya.
“Gimana kalo di hotel aja Lin, di sana lebih tenang” usulku.
“Iya dech.. Tapi jangan di Senggigi ya Om”, jawabnya sambil tangannya mengandeng saya mesra.
“Oke, nanti OM cariin yang agak jauh dari Senggigi”
“Iya dech.. Tapi jangan di Senggigi ya Om”, jawabnya sambil tangannya mengandeng saya mesra.
“Oke, nanti OM cariin yang agak jauh dari Senggigi”
Dan kami pun check in di salah satu hotel yang agak jauh dari Senggigi, karena saya tahu Linda tidak mau ketahuan keluarganya, katanya dia bilang sama keluarganya mau ke rental internet selama 3 jam. Karena itu kami pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
“Wah, di sini baru tenang nich” kata Linda sambil memperhatikan hotel yang lumayan tenang karena tempatnya agak jauh dari Senggigi dan kota.
“Nah, sekarang gimana? Mau nerusin caranya foreplay?”
“Mmh.. Gimana ya” Linda agak ragu kelihatannya.
“Nah, sekarang gimana? Mau nerusin caranya foreplay?”
“Mmh.. Gimana ya” Linda agak ragu kelihatannya.
Wah, anak ini harus dirangsang lagi supaya mau foreplay, soalnya si ‘buyung’ sudah tegak seperti pentungan pak satpam. Kemudian saya membuka kaos atas saya dan celana panjang jins hingga tinggal CD, sengaja saya membuka baju menghadap ke Linda.
“Wow.. Apaan tuch Om, kok kembung” kata Linda sambil menunjuk ke kontol saya.
“Linda mau lihat punya Om ya” Kutanggalkan semua celana dalam saya hingga saya bugil dan kelihatan kontol yang tegak itu.
“Wow.. Kontol Om bengkok dikit ya..” terheran-heran Linda melihat bentuk kontol saya.
“Ini baru asli lho Lin, tanpa pembesaran” ujarku sambil mendekatinya.
“Linda mau lihat punya Om ya” Kutanggalkan semua celana dalam saya hingga saya bugil dan kelihatan kontol yang tegak itu.
“Wow.. Kontol Om bengkok dikit ya..” terheran-heran Linda melihat bentuk kontol saya.
“Ini baru asli lho Lin, tanpa pembesaran” ujarku sambil mendekatinya.
Tangan saya aktif membuka hem kremnya dan celana jins hitam tiga perempatnya. Sekarang tampak jelas BH merahnya dan CD putihnya yang cantik, pemandangan yang indah. Saya gendong Linda dan menaruhnya dengan lembut di sofa itu, kemudian saya mencium dan menjilat bibirnya serta tangan saya meremas payudara dan mencopot pengait BH-nya.
“Om.. isep.. sst.. susu.. nya.. Linda..” rengeknya meminta saya menghentikan ciuman dan beralih ke payudaranya, ciuman dan hisapan saya giatkan, kemudian puting itu saya gigit perlahan.
“Terr.. us.. Om.. sst.. sst..” rintihnya sambil memindahkan kepala saya pada payudaranya.
“Terr.. us.. Om.. sst.. sst..” rintihnya sambil memindahkan kepala saya pada payudaranya.
Tangan kiriku mengusap payudara sebelah kiri dan tangan kanan saya masuk dalam CD-nya dan mengusap-usap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus, kemudian saya masukkan jari keluar-masuk dengan lancar.
“Ouh.. Mmh.. Enak.. Om.. Nah.. Gitu..” Saya turun lagi mencium perutnya yang putih bersih, turun lagi mencium CD-nya yang mulai basah.
“Buka.. Aja.. Om.. Cepet.. Sst” celotehnya yang sudah bernafsu sekali sambil membuka CD-nya. Sekarang terlihat jelas sekali vaginanya yang masih kencang dan saya jilat dengan pelan dan semakin ke dalam lidah saya menari-nari.
“Sst.. Terr.. Us.. Om.. Mmh..” rintihnya tak karuan sambil menjepit kepala saya.
“Buka.. Aja.. Om.. Cepet.. Sst” celotehnya yang sudah bernafsu sekali sambil membuka CD-nya. Sekarang terlihat jelas sekali vaginanya yang masih kencang dan saya jilat dengan pelan dan semakin ke dalam lidah saya menari-nari.
“Sst.. Terr.. Us.. Om.. Mmh..” rintihnya tak karuan sambil menjepit kepala saya.
Beberapa menit saya permainkan vaginanya dan paha bagian dalam Linda yang sudah sangat basah sekali.
“Om.. Mmhmm.. Ganti.. Om.. Sstss”
“Gantian gimana Lin..” goda saya sambil telentang.
“Gantian Linda isep kontolnya Om, tapi jangan keluar dulu ya”
“Beres, nanti Om pakai kondom kok”
“Mmh..” Linda tidak menjawab, soalnya sudah mulai menghisap kontol saya, pertama-tama cuma masuk setengah tapi lama-kelamaan masuklah semua kontol saya.
“Terr.. Us.. Lin.. Jilat..” perintah saya sambil memegang kepalanya dan mendorong pelan supaya kontol saya masuk semua ke mulutnya.
“Gantian gimana Lin..” goda saya sambil telentang.
“Gantian Linda isep kontolnya Om, tapi jangan keluar dulu ya”
“Beres, nanti Om pakai kondom kok”
“Mmh..” Linda tidak menjawab, soalnya sudah mulai menghisap kontol saya, pertama-tama cuma masuk setengah tapi lama-kelamaan masuklah semua kontol saya.
“Terr.. Us.. Lin.. Jilat..” perintah saya sambil memegang kepalanya dan mendorong pelan supaya kontol saya masuk semua ke mulutnya.
Beberapa menit kami melakukan oral sex, Linda ternyata menikmati permainan itu.
“U.. Dah.. Lin.. Om.. Nggak tahan.. Nich”
“Iya Om, Linda juga pengin ngerasain senggama gaya kuda ama kontolnya Om yang bengkok itu hi.. hi..” celotehnya tertawa sambil mengambil posisi menungging.
“Sabar ya Lin, Om pasang kondom dulu”
“Iya Om, Linda juga pengin ngerasain senggama gaya kuda ama kontolnya Om yang bengkok itu hi.. hi..” celotehnya tertawa sambil mengambil posisi menungging.
“Sabar ya Lin, Om pasang kondom dulu”
Kemudian setelah saya pasang kondom, saya masukkan ke vaginanya, tenyata meleset.
“Aduh.. Om.. Pelan.. Dong” rintihnya kesakitan. Memang vagina Linda masih sempit kelihatannya dan posisi tersebut agak susah sich.
“Lin tolong bantuin pegangin kontol Om”
“Sini Linda bantuin masukin tapi pelan ya”
“Lin tolong bantuin pegangin kontol Om”
“Sini Linda bantuin masukin tapi pelan ya”
Linda kemudian memegang kontol saya dan mengarahkan ke vaginanya dan saya dorong pelan, pelan tapi pasti dan bless.. masuk seluruhnya dengan dorongan saya yang terakhir agak keras.
“Aduh Om sakit”
“Nggak apa-apa kok Lin, udah masuk kok”
“Sst.. Om.. Gini rasanya ya.. Sst..”
“Gi.. Mana.. Lin..”
“E.. Nak.. Sst.. Agak cepetan Om.. Sst”
“Nahh.. Sst.. Gitu..”
“Nggak apa-apa kok Lin, udah masuk kok”
“Sst.. Om.. Gini rasanya ya.. Sst..”
“Gi.. Mana.. Lin..”
“E.. Nak.. Sst.. Agak cepetan Om.. Sst”
“Nahh.. Sst.. Gitu..”
Genjotan demi genjotan saya giatkan sambil tangan kiri memegang perutnya dan tangan kanan memegang payudaranya. Plok.. Plok.. Plok.. Demikian kira-kira bunyinya. Kira-kira beberapa menit saya ngentot dengan Linda dengan posisi doggy style. Dan semakin lama semakin cepat.
“Ce.. Pat.. Sst.. Sst.. Om.. Aah.. Linda mau keluar nich” rintihnya tertahan.
“Sa.. ma.. an.. Lin.. keluarnya.. sst.. yess..” jawab saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.
“Sst.. Lin.. Da.. Sst.. Kel.. Uar.. Om.. Argh..” jerit Linda.
“Sa.. ma.. an.. Lin.. keluarnya.. sst.. yess..” jawab saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.
“Sst.. Lin.. Da.. Sst.. Kel.. Uar.. Om.. Argh..” jerit Linda.
Tiba-tiba tubuh Linda mengejang dan saya pun juga, akhirnya crot.. crot.. crot.. Keluar cairan putih dalam kondom saya, bersamaan dengan muncratnya cairan di vagina Linda. Tubuh kami pun lemas menikmati sensasi yang luar biasa itu.
“Trim’s ya Lin, rasanya gimana?” tanya saya sambil mengecup pipinya.
“Enak sekali Om, baru kali ini Linda puas”
“Gimana ML ama Om Andi Lin?” tanya saya sambil mencium pipinya.
“Puas rasanya ke Lombok, dapat plusnya lagi” katanya sambil ke kamar mandi dan beberapa menit sehabis mandi kemudian Linda sudah merapikan bajunya.
“Sampe besok ya, sehari lagi Linda pulang lho”
“Okey, kapan ketemu lagi?”
“Terserah Om dech, tapi jangan terlalu malam ya, nanti Papa curiga lho”
“Gimana kalo jam 19.20 Om jemput?”
“Okey dech, seperti biasa ya” Maksudnya seperti biasa adalah, Linda kujemput pakai mobil sewaan di Senggigi, tapi agak jauhan. Karena jika ketahuan bapaknya khan bisa berabe.
“Enak sekali Om, baru kali ini Linda puas”
“Gimana ML ama Om Andi Lin?” tanya saya sambil mencium pipinya.
“Puas rasanya ke Lombok, dapat plusnya lagi” katanya sambil ke kamar mandi dan beberapa menit sehabis mandi kemudian Linda sudah merapikan bajunya.
“Sampe besok ya, sehari lagi Linda pulang lho”
“Okey, kapan ketemu lagi?”
“Terserah Om dech, tapi jangan terlalu malam ya, nanti Papa curiga lho”
“Gimana kalo jam 19.20 Om jemput?”
“Okey dech, seperti biasa ya” Maksudnya seperti biasa adalah, Linda kujemput pakai mobil sewaan di Senggigi, tapi agak jauhan. Karena jika ketahuan bapaknya khan bisa berabe.
Pukul 19.30 Linda sudah berada dalam mobil bersama saya, dengan memakai rok jins span warna biru dipadu dengan kaos ketat warna putih selaras dengan warna kulitnya. Aduh mak, makin cantik aja nich ABG, pikirku.
“Kita kemana Om?”
“Bandara Selaparang”
“Ngapain ke sana?” tanyanya heran.
“Udah nggak usah banyak tanya, nanti juga tahu”
“Linda ama Papa cuma dikasih ijin satu jam lho Om”
“Maka itu, Om mau kasih hadiah buat Linda”
“Wah, terima kasih Om” jawabnya sambil mencium pipi saya mesra. Saya pilih bandara itu agar bisa romantis dan bisa lebih pribadi, tahu khan pembaca maksud saya, he.. he.. he…
“Bandara Selaparang”
“Ngapain ke sana?” tanyanya heran.
“Udah nggak usah banyak tanya, nanti juga tahu”
“Linda ama Papa cuma dikasih ijin satu jam lho Om”
“Maka itu, Om mau kasih hadiah buat Linda”
“Wah, terima kasih Om” jawabnya sambil mencium pipi saya mesra. Saya pilih bandara itu agar bisa romantis dan bisa lebih pribadi, tahu khan pembaca maksud saya, he.. he.. he…
Setelah sampai di bandara, saya parkir mobil di tempat yang agak sepi, kebetulan juga kacanya hitam pekat. Saya ajak Linda pindah ke tempat duduk belakang mobil Kijang itu agar lebih leluasa kalau mepet-mepetan.
“Mana hadiahnya Om?” tanya Linda tidak sabaran, karena tidak tahu apa hadiahnya.
“Om cuma mau kasih hadiah seperti kemaren” selidik saya menunggu tanggapannya.
“Maksud Om?”
“Iya, seperti yang Om ajarkan kemarin, nah itu hadiahnya, tapi Linda mau nggak?”
“Idih, si Om maunya..” jawab Linda sambil tersipu.
“Om cuma mau kasih hadiah seperti kemaren” selidik saya menunggu tanggapannya.
“Maksud Om?”
“Iya, seperti yang Om ajarkan kemarin, nah itu hadiahnya, tapi Linda mau nggak?”
“Idih, si Om maunya..” jawab Linda sambil tersipu.
Bagi saya itu sudah cukup merupakan tanda setuju dari Linda hingga tanpa menunggu jawaban dari Linda, saya langsung mencium bibirnya dan tangan saya sudah mendarat pada pahanya. Saya elus-elus pahanya yang putih dan masih terbalut oleh jins biru yang sangat seksi hingga memperlihatkan lekuk-lekuk bodinya. Linda juga kelihatannya ingin menghabiskan malam terakhirnya bersama saya dengan tergesa-gesa membuka celana saya sampai separuh dan melahap kontol saya yang sudah kencang dari tadi.
“Teru.. Ss.. Lin..” perintah saya sambil membuka kaos dan BH putihnya yang berenda itu.
“Mmh.. Mmbmnb..” celotehnya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan kontol saya yang maju mundur dihisapnya dengan irama yang cepat.
“Ud.. Ahh.. Lin.. Om.. Mau.. Kel.. Uar.. Arghh..”
“Mmh.. Mmbmnb..” celotehnya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan kontol saya yang maju mundur dihisapnya dengan irama yang cepat.
“Ud.. Ahh.. Lin.. Om.. Mau.. Kel.. Uar.. Arghh..”
Tiba-tiba Linda melepaskan kulumannya, dan berganti posisi dengan saya yang berjongkok dan Linda yang duduk sambil membuka rok spannya. Pemandangan yang sangat indah pembaca, Linda memakai CD kuning yang bergambar hati atau cinta.
“Ayo Om, jangan diliatin aja”
“Ya..” jawab saya sambil mencium vaginanya yang masih terbungkus CD kuningnya, jilatan demi jilatan membuatnya geli hingga pinggulnya ke kiri ke kanan tak beraturan.
“Uda.. Hh.. Om.. Buka aja.. Sst.. mmh..” katanya menyuruh saya membuka celana dalamnya.
“Ya..” jawab saya sambil mencium vaginanya yang masih terbungkus CD kuningnya, jilatan demi jilatan membuatnya geli hingga pinggulnya ke kiri ke kanan tak beraturan.
“Uda.. Hh.. Om.. Buka aja.. Sst.. mmh..” katanya menyuruh saya membuka celana dalamnya.
Dengan dibantu Linda, saya membuka celana dalam beserta sok spannya hingga ia tinggal mengenakan BH saja. Vaginanya yang ditumbuhi bulu halus itu mengeluarkan aroma harum khas wanita, beberapa saat saya cium dan jilat pada bagian dalam vaginanya.
“Sst.. Arggh.. En.. Akk.. Om.. Nah gitu.. Sst”
“Jil.. At.. Om.. Bagian yang itu.. Ya.. Sst..” pintanya pada saya yang membuatnya sangat terangsang.
“Jil.. At.. Om.. Bagian yang itu.. Ya.. Sst..” pintanya pada saya yang membuatnya sangat terangsang.
Sambil menjilat seluruh bagian vaginanya, tangan kanan saya masuk ke dalam BH-nya dan meremas payudaranya dengan lembut dan kadang-kadang memelintir putingnya yang sudah keras sekali.
“Ayo.. Om.. Sst.. Linda.. Nggak.. tahan.. Nih..” rintihnya memohon pada saya.
Saya sudah mengerti maksudnya, Linda sudah sangat terangsang sekali ingin melepaskan hasratnya dengan segera. Kemudian saya berganti posisi dengan Linda saya pangku berhadapan dengan saya sambil membuka penutup payudaranya itu. Maka kami berdua sudah bugil di dalam mobil itu, untung saja keadaan bandara waktu itu belum terlalu ramai karena kedatangan pesawat masih lama.
“Pel.. Lan ya Om” kata Linda sambil menggesek-gesekkan bibir vaginanya sebagai pemanasan dulu.
“Gimana Lin..?”
“Udah Om, sekarang aja” ajak Linda sambil memegang kontolku mengarahkannya pada lubang kemaluannya sambil saya juga menyodoknya pelan, kemudian pada akhirnya bless.. masuklah semua kontol saya.
“Arg.. Sst.. Mmh..” rintih Linda karena masuknya kontol saya yang kemudian maju mundur dengan lembut.
“Gimana Lin..?”
“Udah Om, sekarang aja” ajak Linda sambil memegang kontolku mengarahkannya pada lubang kemaluannya sambil saya juga menyodoknya pelan, kemudian pada akhirnya bless.. masuklah semua kontol saya.
“Arg.. Sst.. Mmh..” rintih Linda karena masuknya kontol saya yang kemudian maju mundur dengan lembut.
Kontol saya serasa diremas-remas dalam lubang kemaluan Linda yang masih sangat kencang sekali, denyut-denyut yang menimbulkan rasa nikmat bagi saya dan tentunya juga Linda yang menggerakkan pinggulnya ke kiri ke kanan meraih kenikmatannya sendiri.
“Om.. Sst.. kemot su.. sunya Linda.. Sst.. Mmh..”
“Mmh.. Mmh..”
“Mmh.. Mmh..”
Sambil menyodok vaginanya, saya menjilat, kadang mengulum kedua payudaranya bergantian. Posisi itu menimbulkan bunyi yang saya tirukan kira-kira ceplok.. ceplok.. Beradunya kontolku dalam vaginanya disertai rintihan dan jeritan kecil dari Linda membuat saya ingin segera memuntahkan lahar putih yang sudah dari tadi saya tahan.
“Ce.. Peet.. Sst.. Om.. Linda.. Mau kelu.. Ar.. Sstss.. aahh..” celotehnya meminta saya menyodoknya lebih cepat dan gerakan pinggulnya semakin cepat.
“Ya.. Lin.. Ayo..” jawab saya dengan sodokan yang tak kalah cepatnya dengan pinggulnya dan pada akhirnya muncratlah lahar itu secara bersamaan crot.. crot.. crot..
“Argh.. Ahh..” jerit kecil Linda menyertai muncratnya lahar itu.
“Ahh..” kami berdua duduk dengan lemas dan puas dalam mobil.
“Trim’s ya Lin” jawab saya sambil mencium keningnya.
“Sama-sama Om” jawab Linda sambil memeluk saya dengan erat.
“Ya.. Lin.. Ayo..” jawab saya dengan sodokan yang tak kalah cepatnya dengan pinggulnya dan pada akhirnya muncratlah lahar itu secara bersamaan crot.. crot.. crot..
“Argh.. Ahh..” jerit kecil Linda menyertai muncratnya lahar itu.
“Ahh..” kami berdua duduk dengan lemas dan puas dalam mobil.
“Trim’s ya Lin” jawab saya sambil mencium keningnya.
“Sama-sama Om” jawab Linda sambil memeluk saya dengan erat.
Malam itu kami habiskan dengan makan malam dan sebelum pulang ke hotel, Linda meminta sekali lagi ‘pelajaran’ pada saya di pinggir pantai Senggigi yang berpasir putih dan dalam cahaya bulan yang bersinar terang tapi tidak di dalam mobil. Sampai-sampai saya kewalahan menuruti berbagai macam gaya yang ingin dicobanya. Saya baru tahu bahwa ternyata Linda yang keturunan tionghoa yang masih ABG itu nafsu sexnya juga tinggi.
Selamat jalan Linda, semoga saja kamu puas jalan-jalan ke pulau Lombok. Nanti kalau jadi study tour SMU-nya ke Lombok lagi, bilang Om Andi saja ya, jangan lupa emailku, pasti akan kuantarkan teman-temannya juga.
No comments:
Post a Comment